Cari Blog Ini

Senin, 22 September 2008

Penunjang Pemahaman Pendidikan

DRAMA SEBAGAI PENUNJANG PEMAHAMAN SISWA TERHADAP

MATA PELAJARAN SEJARAH

Khotim Fadhli*)

Siswa sekolah dasar maupun menengah di Indonesia paling jenuh ketika dalam proses belajar mengajar hanya diposisikan sebagai sebuah patung yang hanya mendengarkan ocehan Guru saja. Hal ini biasanya dilakukan pada mata pelajaran sejarah karena point-point yang ada pada mata pelajaran sejarah adalah suatu cerita yaitu cerita masa-masa terdahulu yang harapannya adalah sebagai motivasi dan contoh tauladan untuk generasi selanjutnya.

Mata pelajaran sejarah hanya menekankan pada cerita saja, maka siswa hanya diposisikan sebagai pendengar setia saja. Ditambah lagi, biasanya Guru yang mengajar mata pelajaran sejarah adalah katagori orang yang dituakan atau orang yang sudah “sepuh” dengan pertimbangan merekalah yang lebih paham dengan sejarah. Akan tetapi pertanyaanya, apakah benar seperti itu?

Pengajar mata pelajaran sejarah haruslah Guru yang kreatif dalam cara pembelajaran atau proses belajar mengajar yang akan dijalankan. Sebab, berbicara sejarah harusnya berbicara bagaimana menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah. Oleh karena itu, diharapkan pengajar mata pelajaran sejarah jangan hanya orang yang sudah tua tapi yang mudapun diberi kesempatan karena lebih kreatif dan lebih punya semangat yang lebih besar. Padahal semangat seorang guru juga berpengaruh pada semangat siswa.

Drama adalah membahasakan suatu cerita dengan bahsa lisan dan tubuh dengan cara memerankan tokoh-tokoh yang ada pada cerita tersebut seperti kondisi yang sebenarnya. Drama bisa dijadikan sebagai salah satu alat dalam pembelajaran sebab dapat melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar serta mendukung pemahaman siswa akan apa yang diperankan.

Drama cukup membantu pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sejarah, karena dengan drama siswa dapat dilibatkan secara aktif dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada. Selain itu siswa akan lebih bersemangat, sebab siswa tidak akan jenuh dengan mendengar apa yang disampaikan guru saja, tapi dapat melihat secara langsung penampilan teman-temannya yang sudah mendapat jatah peran. Jadi semua siswa dapat lebih “enjoy” karena bisa tertawa, tersenyum, terbawa emosi dan sebagainya tapi dapat menyerap makna yang terkandung di dalam cerita sejarah tersebut.

Point plus dari model drama ini adalah siswa juga medapatkan tambahan skill untuk berperan seperti halnya menjadi seorang artis yang mampu memerankan orang lain sebagai penokohan atas dirinya dan melatih mental sisiwa untuk berani tampil ke muka umum, sehingga rasa percaya diri siswa akan terbangun secara sendirinya.

Proses Metode Drama:

  • Guru menetapkan tema cerita sejarah yang akan didramakan oleh siswa
  • Guru membuat skenario drama sesuai dengan cerita sejarah yang telah ditetapkan dengan tanpa menyeleweng dari makna yang tersurat dan tersirat dalam sejarah tersebut
  • Guru menentukan pemain/pemeran tokoh-tokoh dari cerita yang telah ditentukan
  • Guru mendampingi pemain/pemeran untuk berlatih dan menganjurkan berlatih sendiri di luar dampingan Guru
  • Guru memperhatikan penampilan siswa sebagai bahan evaluasi
  • Setelah selesai diperankan, Guru melibatkan semua siswa untuk tanya jawab tentang makna yang terkandung dalam cerita tersebut
  • Guru memberi kesimpulan dan saran.

*) Khotim Fadhli, Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Jombang angkatan 2006 yang selalu ingin belajar untuk transformasi nilai dan pengetahuan.

Tidak ada komentar: